JENIS MAKNA DAN GAYA BAHASA
Jenis makna:
1.
Makna Referensial dan Nonreferensial
Makna Referensial adalah makna yang berhubungan langsung dengan kenyataan
atau memiliki referen (acuan), makna referensial dapat disebut juga makna
kognitif, karena memiliki acuan. Dalam makna ini memiliki hubungan dengan
konsep mengenai sesuatu yang telah disepakati bersama (oleh masyarakat bahasa),
Seperti meja dan kursi adalah yang bermakna referensial karena
keduanya mempunyai referen, yaitu sejenis perabot rumah tangga yang disebut
”meja” dan ”kursi”.
Contoh lain yaitu: Orang
itu menampar orang
1 2
Pada
contoh diatas bahwa orang1 dibedakan maknanya dari orang2 karena orang1 sebagai
pelaku (agentif) dan orang2 sebagai pengalam (yang mengalami makna yang
diungkapkan verba), hal tersebut menunjukkan makna kategori yang berbeda,
tetapi makna referensil mengacu kepada konsep yang sama (orang = manusia).
Makna nonreferensial adalah sebuah kata yang tidak mempunyai referen
(acuan). Seperti kata preposisi dan konjungsi, juga kata tugas lainnya. Dalam
hal ini kata preposisi dan konjungsi serta kata tugas lainnya hanya memiliki
fungsi atau tugas tapi tidak memiliki makna.
Berkenaan dengan bahasan ini ada
sejumlah kata yang disebut kata-kata deiktis, yaitu kata yang acuannya
tidak menetap pada satu maujud, melainkan dapat berpindah dari maujud yang satu
kepada maujud yang lain. Yang termasuk kata-kata deiktis yaitu: dia,
saya, kamu, di sini, di sana, di situ, sekarang, besok, nanti, ini, itu.
Contoh lain
referen kata di sini dalam ketiga kalimat berikut
(a) Tadi dia duduk di
sini
(b) ”Hujan terjadi hampir setiap hari di
sini”, kata walikota Bogor.
(c) Di sini, di Indonesia,
hal seperti itu sering terjadi.
Pada kalimat (a) kata di sini menunjukan tempat
tertentu yang sempit sekali. Mungkin bisa dimaksudkan sebuah bangku, atau hanya
pada sepotong tempat dari sebuah bangku. Pada kalimat (b) di sini menunjuk
pada sebuah tempat yang lebih luas yaitu kota Bogor. Sedangkan pada kalimat (c)
di sini merujuk pada daerah yang meliputi seluruh wilayah Indonesia.
Jadi dari ketiga macam contoh diatas referennya tidak sama oleh karena itu
disebut makna nonreferensial.
2.
Makna
Konseptual dan Makna Asosiatif
Pembedaan
makna konseptual dan makna asosiatif didasarkan pada ada atau tidaknya hubungan
(asosiasi, refleksi) makna sebuah kata dengan makna kata yang lain.
Makna
konseptual adalah makna yang makna yang sesuai dengan konsepnya, makna yang
sesuai dengan referensnya, makna yang bebas dari hubungan asosiasi atau
hubungan apapun.
Sedangkan
makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah kata dengan adanya hubungan
kata itu dengan keadaan diluar bahasa. Makna asosiasi juga dpat dikatakan
sebagai makna perlambangan, yaitu kata yang dipakai masyarakat untuk menyatakan
konsep lain diluar konsep kebahasaannya.
Contoh:
Kata ‘merah’ dapat juga digunakan sebagai lambang keberanian.
3.
Makna
Leksikal dan Makna Gramatikal
Makna
leksikal adalah makna yang bersifat leksikon, bersifat leksem atau bersifat
kata. Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang
sesuai dengan observasi alat indera atau makna yang sesungguhnya dalam
kehidupan kita.
Makna
leksikal adalah gambaran yang nyata tentang suatu konsep sebagaimana
dilambangkan oleh kata itu.
Contoh:
Kata
‘Tikus’ jika diambil makna secara leksikal maka kata tersebut berarti ‘hewan
pengerat’.
Sedangkan
makna gramatikal adalah makna yang hadir sebagai adanya akibat dari proses
gramatikal seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi.
Makna
gramatikal dapat diketahui tanpa mengenal makna leksikal unsur-unsurnya.
Contoh:
Kata
‘Tikus kantor’ berarti ‘orang yang melakukan korupsi’.
4.
Makna
Idiomatikal dan Makna peribahasa
Idiom
adalah satuan-satuan bahasa (dapat berupa frase, kata maupun kalimat). Makna
idiom tidak lagi berkaitan dengan makna leksikal atau makna gramatikal
unsur-unsurnya.
Dalam
bahasa Indonesia terdapat idiom penuh dan idiom sebagian.
- Idiom
penuh adalah idiom yang unsur-unsurnya secara keseluruhan sudah merupakan
kesatuan makna. Contoh: meja hijau adalah idiom penuh, karena kesemuanya
memiliki kesatuan makna, tidak akan berarti yang sama jika diartikan secara
leksikal atau per kata.
- Idiom sebagian
adalah idiom yang masih memiliki makna leksikalnya sendiri. Contoh: daftar
hitam, pada kata daftar masih berarti sama dengan daftar atau susunan,
sedangkan dengan kata hitam, daftar hitam berarti daftar yang berisi nama-nama
orang yang dicurigai atau dianggap bersalah.
Makna
idiomatikal adalah makna sebuah satuan bahasa yang ‘menyimpang’ dari makna
leksikal atau makna kata unsur-unsur pembentuknya.
5.
Makna
Kias
Arti
atau makna kiasan adalah oposisi dari makna sebenarnya. Oleh karena itu semua
bentuk bahasa yang tidak merujuk pada arti yang sebenarnya (konseptual,
denotatif) disebut memiliki arti kiasan.
6.
Makna
Kata dan Makna Istilah
Pembedaan
makna kata dan makna istilah berdasarkan ketepatan makna kata itu dalam
penggunaannya secara umum dan secara khusus. Dalam penggunaan bahasa secara
umum acapkali kata-kata itu digunakan secara tidak cermat sehingga maknanya
bersifat umum.
Makna
kata walaupun secara sinkronis tidak
berubah, tetapi karena berbagai faktor dalam kehidupan dapat menjadi bersifat
umum. Makna kata akan menjadi jelas jika sudah digunakan dalam suatu kalimat.
Misalnya kata ‘air’ saja, masih bersifat umum, kecuali dijelaskan dalam kalimat
apakah air sumur, air hujan, air laut, dan lain-lain.
Makna
istilah bersifat tetap dan
pasti, ketetapan dan kepastian makna istilah itu karena istilah itu hanya
digunakan dalam suatu bidang kegiatan atau ilmiah tertentu. Sehingga tanpa
konsep konteks kalimatnya pun makna istilah tersebut sudah pasti. Misalnya
‘akomodasi’ yang merupakan makna istilah dalam optik bermakna ‘penyesuaian
lensa’ atau ‘akomodasi’ dalam bidang pariwisata berarti ‘tempat penginapan atau
tenpat makan’.
7.
Makna
Konseptual dan Makna Asosiatif
Pembedaan
makna konseptual dan makna asosiatif didasarkan pada ada atau tidaknya hubungan
(asosiasi, refleksi) makna sebuah kata dengan makna kata yang lain.
Makna
konseptual adalah makna yang makna yang sesuai dengan konsepnya, makna yang
sesuai dengan referensnya, makna yang bebas dari hubungan asosiasi atau
hubungan apapun.
Sedangkan
makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah kata dengan adanya hubungan
kata itu dengan keadaan diluar bahasa. Makna asosiasi juga dpat dikatakan
sebagai makna perlambangan, yaitu kata yang dipakai masyarakat untuk menyatakan
konsep lain diluar konsep kebahasaannya.
Contoh:
Kata ‘merah’ dapat juga digunakan sebagai lambang keberanian.
8.
Makna
Leksikal dan Gramatikal
Makna Leksikal
Makna leksikal adalah makna yang bersifat tetap. Oleh karena itu,
makna
ini sering disebut dengan makna yang sesuai dengan kamus.
Contoh:
Makan
kambing sapi
Minum
buku pensil
Makna
Gramatikal
Makna
gramatikal adalah makna yang berubah-ubah sesuai dengan konteks
pemakainya.
Kata ini sudah mengalami proses gramatikalisasi, baik pengimbuhan,
pengulangan,
ataupun pemajemukan
Contoh:
Berlari = melakukan aktivitas
Bersedih = dalam keadaan
Bertiga = kumpulan
Berpegangan = saling
9.
Makna
Lokusi, Ilokusi, dan Perlokusi
Dalam kajian tindak tutur (speech acr) dikenal adanya
makna lokusi, makna ilokusi, dan makna perlokusi. Yang dimaksud dengan
makna lokusi adalah makna seperti yang dinyatakan dalam ujatan, makna harfiah,
atau makna apa adanya. Sedangkan yang dimaksud dengan makna ilokusi adalah
makna seperti yang dipahami oleh pendengar. Sebaliknya, makna perlokusi adalah
makna yang seperti yang diinginkan oleh penutur. Misalnya, kalau seseorng
kepada tukang afdruk foto di pinggir jalan bertnya,
“Bang,
tiga kali empat, berapa?”
Makna
secara lokusi kalimat tersebut adalah keinginan tahu dari si penutur tentang
berapa tiga kali empat. Namun, makna perlokusi, makna yang diingikan oleh si
penutur adalah bahwa si penutur ingin tahu berapa biaya mencetak foto ukuran
tiga kali empat sentimenter.
2. MACAM-MACAM
MAJAS
(GAYA BAHASA)
1.Klimaks
Adalah semacam gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal
yang dituntut semakin lamasemakin
meningkat.
Contoh : Kesengsaraan membuahkan kesabaran, kesabaran pengalaman, dan pengalamanharapan.
2.Antiklimaks
Adalah gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal berurutan
semakin lma semakinmenurun.
Contoh : Ketua pengadilan negeri itu adalah orang yang
kaya, pendiam, dan tidak terkenalnamanya
3.Paralelisme
Adalah gaya bahasa penegasan yang berupa pengulangan kata
pada baris atau kalimat.
Contoh
: Jika kamu minta, aku akan dating
4.Antitesis
Adalah
gaya bahasa yang menggunakan pasangan kata yang berlawanan maknanya.
Contoh : Kaya miskin, tua muda,
besar kecil, smuanya mempunyai kewajiban terhadapkeamanan bangsa.Reptisi adalah perulangan bunyi, suku kata,
kata atau bagian kalimat yang dianggap pentinguntuk memberi tekanan dalam
sebuah konteks yang sesuai
5.Epizeuksis
Adalah repetisi yang bersifat langsung, artinya kata yang
dipentingkan diulang beberapakali
berturut-turut.
Contoh : Kita harus bekerja, bekerja, dan bekerja
untuk mengajar semua ketinggalan kita.
6.Tautotes
Ada;aj
repetisi atas sebuah kata berulang-ulang dalam sebuah konstruksi.
Contoh
: kau menunding aku, aku menunding kau, kau dan aku menjadi seteru
7.Anafora
Adalah
repetisi yang berupa perulangan kata pertama pada setiap garis.
Contoh
: Apatah tak bersalin rupa, apatah boga sepanjang masa8.
8.
Epistrofora
Adalah repetisi yang berwujud perulangan kata atau frasa
pada akhir kalimat berurutan.
Contoh : Bumi yang kau diami, laut yang kaulayari
adalah puisi,Udara yang kau hirupi, ari yang kau teguki adalah puisi
9.Simploke
Adalah
repetisi pada awal dan akhir beberapa baris atau kalimat berturut-turut.
Contoh : Kau bilang aku ini
egois, aku bilang terserah aku. Kau bilang aku ini judes, aku bilang terserah aku.
10.Mesodiplosis
Adalah
repetisi di tengah-tengah baris-baris atau beberapa kalimat berurutan.
Contoh : Para pembesar jangan
mencuri bensin. Para gadis jangan mencari perawannyasendiri.
11.Epanalepsis
Adalah
pengulangan yang berwujud kata terakhir dari baris, klausa atau kalimat,
mengulangkata pertama.
Contoh
: Kita gunakan pikiran dan perasaan kita.