Minggu, 12 Mei 2013

cerepenku: SECERCA RONA BAHAGIA SI PUTRI MALANG


SECERCA RONA BAHAGIA SI PUTRI MALANG

Kebahagiaan terbesar dalam hidup ini ialah kasih sayang yang didapat dari kedua orang tua yang telah melahirkan kita kedunia ini. Namun, berbeda dengan kehidupan aya, ia tidak mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tua yang utuh seperti yang dirasakan oleh kebanyakan orang. Itu semua karena Aya merupakan anak semata wayang. Nasib Aya memang tidak seberuntung seperti kebanyakan orang. Aya tidak bisa merasakan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Itu semua karena mereka sudah pergi untuk selama-lamanya. Ayahnya meninggal sejak ia berumur 3 bulan sedangkan ibunya meninggal sejak ia berumur 7 tahun. Aya belum terlalu mengerti dengan apa yang menimpanya. Namun, pada saat itu yang pasti ia merasakan sangat sedih karena ia tidak bisa lagi melihat ibunya.
Sosok ibu di matanya bagaikan malaikat karena ia selalu dimanja dan disayangi walaupun ia tidak bisa merasakan kasih sayang yang didapat dari ayahnya. Namun, kasih sayang tulus yang diberikan oleh ibunya sudah cukup membuatnya sangat bahagia walaupun kehidupnya juga pas-pasan. Hidup Aya memang tidak seberuntung teman-temannya, karena Aya hanya hidup berdua dengan ibunya tanpa sosok seorang ayah yang mendampingi dan menemaninya bermain. Tapi, semua itu tidak menjadi masalah bagi Aya.
Aya sudah terbiasa dengan keadaan itu, walaupun ia terkadang merasa sedih melihat teman-temannya bermain dengan kedua orang tua yang utuh. Aya sadar kalau ayahnya sudah pergi untuk selamanya, karena ia yakin bahwa Allah sangat menyayangi ayahnya. Beberapa tahun kemudian ibunya juga meninggal ketika Aya menginjak bangku sekolah kelas II SD. Namun pada saat itu Aya sudah sedikit mengerti dengan keadaan yang menimpannya. Ketika itu kesedihan Aya semakin bertambah karena ia harus kehilangan orang yang sangat ia sayangi. Ia sempat berfikiran bahwa Allah sangat jahat karena semua orang yang ia sayangi diambil-Nya. Namun dengan seiring berjalannya waktu ia bisa menerima kenyataan itu.
Sejak ibunya meninggal ia tinggal dengan saudaranya. Beberapa tahun kemudian, tepatnya ketika itu Aya menginjak kelas IV SD. Ia diangkat oleh sebuah keluarga yang sangat baik dan kebetulan mereka baru saja kehilangan anak perempuan satu-satunya yang sangat mereka sayangi, dan secara tidak sengaja keluarga itu bertemu dengan Aya. Aya sangat senang mempunyai kedua orang tua yang sangat menyayanginya. Nah, mulai dari sinilah kehidupan Aya sudah menjadi seperti kebanyakan orang. Tinggal dengan orang tua yang utuh dan juga sangat menyayanginya.
Kehidupan aya sudah lengkap, ia mempunyai keluarga yang sangat menyayanginya. Keluarga yang seolah-olah keluarga kandungnya sendiri. Dengan beriringnya waktu tidak terasa kini Aya sudah tumbuh dewasa. Setelah tamat SMA, ia pun melanjutkan ke perguruan tinggi di salah satu Universitas Pekanbaru, tepatnya di Universitas Islam Riau.
Allah sungguh adil, Allah maha bijaksana, maha pengasih lagi maha penyayang. Kini Aya baru menyadari bahwa dibalik semua penderitaan dan kesedihan yang ia rasakan selama ini, ternyata Allah sudah menyiapkan suatu kebahagian yang teramat besar untuknya.





                       
           

1 komentar: